Seorang wanita pemerah susu telah memerah susu dari beberapa ekor sapi dan berjalan pulang kembali dari peternakan, dengan seember susu yang dijunjungnya di atas kepalanya. Saat dia berjalan pulang, dia berpikir dan membayang-bayangkan rencananya kedepan.
"Susu yang saya perah ini sangat baik mutunya," pikirnya menghibur diri, "akan memberikan saya banyak cream untuk dibuat. Saya akan membuat mentega yang banyak dari cream itu dan menjualnya ke pasar, dan dengan uang yang saya miliki nantinya, saya akan membeli banyak telur dan menetaskannya, Sungguh sangat indah kelihatannya apabila telur-telur tersebut telah menetas dan ladangku akan dipenuhi dengan ayam-ayam muda yang sehat. Pada suatu saat, saya akan menjualnya, dan dengan uang tersebut saya akan membeli baju-baju yang cantik untuk di pakai ke pesta. Semua pemuda ganteng akan melihat ke arahku. Mereka akan datang dan mencoba merayuku, tetapi saya akan mencari pemuda yang memiliki usaha yang bagus saja!"
Ketika dia sedang memikirkan rencana-rencananya yang dirasanya sangat pandai, dia menganggukkan kepalanya dengan bangga, dan tanpa disadari, ember yang berada di kepalanya jatuh ke tanah, dan semua susu yang telah diperah mengalir tumpah ke tanah, dengan itu hilanglah semua angan-angannya tentang mentega, telur, ayam, baju baru beserta kebanggaannya.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Pemerah-Susu-dan-Ember-nya-57
Kamis, 28 April 2011
Tujuh Burung Gagak
Dahulu, ada seorang laki-laki yang memiliki tujuh orang anak laki-laki, dan laki-laki tersebut belum memiliki anak perempuan yang lama diidam-idamkannya. Seriiring dengan berjalannya waktu, istrinya akhirnya melahirkan seorang anak perempuan. Laki-laki tersebut sangat gembira, tetapi anak perempuan yang baru lahir itu sangat kecil dan sering sakit-sakitan. Seorang tabib memberitahu laki-laki tersebut agar mengambil air yang ada pada suatu sumur dan memandikan anak perempuannya yang sakit-sakitan dengan air dari sumur itu agar anak tersebut memperoleh berkah dan kesehatan yang baik. Sang ayah lalu menyuruh salah seorang anak laki-lakinya untuk mengambil air dari sumur tersebut. Enam orang anak laki-laki lainnya ingin ikut untuk mengambil air dan masing-masing anak laki-laki itu sangat ingin untuk mendapatkan air tersebut terlebih dahulu karena rasa sayangnya terhadap adik perempuan satu-satunya. Ketika mereka tiba di sumur dan semua berusaha untuk mengisi kendi yang diberikan kepada mereka, kendi tersebut jatuh ke dalam sumur. Ketujuh anak laki-laki tersebut hanya terdiam dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengambil kendi yang jatuh, dan tak satupun dari mereka berani untuk pulang kerumahnya.
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Tujuh-Burung-Gagak-41
Ayahnya yang menunggu di rumah akhirnya hilang kesabarannya dan berkata, "Mereka pasti lupa karena bermain-main, anak nakal!" Karena takut anak perempuannya bertambah sakit, dia lalu berteriak marah, "Saya berharap anak laki-lakiku semua berubah menjadi burung gagak." Saat kata itu keluar dari mulutnya, dia mendengar kepakan sayap yang terbang di udara, sang Ayah lalu keluar dan melihat tujuh ekor burung gagak hitam terbang menjauh. Sang Ayah menjadi sangat menyesal karena mengeluarkan kata-kata kutukan dan tidak tahu bagaimana membatalkan kutukan itu. Tetapi walaupun kehilangan tujuh orang anak laki-lakinya, sang Ayah dan Ibu masih mendapatkan penghiburan karena kesehatan anak perempuannya berangsur-angsur membaik dan akhirnya anak perempuan tersebut tumbuh menjadi gadis yang cantik.
Gadis itu tidak pernah mengetahui bahwa dia mempunyai tujuh orang kakak laki-laki karena orangtuanya tidak pernah memberitahu dia, sampai suatu hari secara tidak sengaja gadis tersebut mendengar percakapan beberapa orang, "Gadis tersebut memang sangat cantik, tetapi gadis tersebut harus disalahkan karena mengakibatkan nasib buruk pada ketujuh saudaranya." Gadis tersebut menjadi sangat sedih dan bertanya kepada orangtuanya tentang ketujuh saudaranya. Akhirnya orangtuanya menceritakan semua kejadian yang menimpa ketujuh saudara gadis itu. Sang Gadis menjadi sangat sedih dan bertekad untuk mencari ketujuh saudaranya secara diam-diam. Dia tidak membawa apapun kecuali sebuah cincin kecil milik orangtuanya, sebuah roti untuk menahan lapar dan sedikit air untuk menahan haus.
Gadis tersebut berjalan terus, terus sampai ke ujung dunia. Dia menemui matahari, tetapi matahari terlalu panas, lalu dia kemudian menemui bulan, tetapi bulan terlalu dingin, lalu dia menemui bintang-bintang yang ramah kepadanya. Saat bintang fajar muncul, bintang tersebut memberikan dia sebuah tulang ayam dan berkata, "Kamu harus menggunakan tulang ini sebagai kunci untuk membuka gunung yang terbuat dari gelas, disana kamu akan dapat menemukan saudara-saudaramu.
Gadis tersebut kemudian mengambil tulang tersebut, menyimpannya dengan hati-hati di pakaiannya dan pergi ke arah gunung yang di tunjuk oleh bintang fajar. Ketika dia telah tiba di gunung tersebut, dia baru sadar bahwa tulang untuk membuka kunci gerbang gunung telah hilang. Karena dia berharap untuk menolong ketujuh saudaranya, maka sang Gadis lalu mengambil sebilah pisau, memotong jari kelinkingnya dan meletakkannya di depan pintu gerbang. Pintu tersebut kemudian terbuka dan sang Gadis dapat masuk kedalam, dimana seorang kerdil menemuinya dan bertanya kepadanya, "Anakku, apa yang kamu cari?" "Saya mencari tujuh saudaraku, tujuh burung gagak," balas sang Gadis. Orang kerdil tersebut lalu berkata, "Tuanku belum pulang ke rumah, jika kamu ingin menemuinya, silahkan masuk dan kamu boleh menunggunya di sini." Lalu orang kerdil tersebut menyiapkan makan siang pada tujuh piring kecil untuk ketujuh saudara laki-laki sang Gadis yang telah menjadi burung gagak. Karena lapar, sang Gadis mengambil dan memakan sedikit makanan yang ada pada tiap-tiap piring dan minum sedikit dari tiap-tiap gelas kecil yang ada. Tetapi pada gelas yang terakhir, dia menjatuhkan cincin milik orangtuanya yang dibawa bersamanya.
Tiba-tiba dia mendengar kepakan sayap burung di udara, dan saat itu orang kerdil itu berkata, "Sekarang tuanku sudah datang." Saat ketujuh burung gagak akan mulai makan, mereka menyadari bahwa seseorang telah memakan sedikit makanan dari piring mereka. "Siapa yang telah memakan makananku, dan meminum minumanku?" kata salah satunya. Saat burung gagak yang terakhir minum dari gelasnya, sebuah cincin masuk ke mulutnya dan ketika burung tersebut memperhatikan cincin tersebut, burung gagak tersebut berkata, "Diberkatilah kita, saudara perempuan kita yang tersayang mungkin ada disini, inilah saatnya kita bisa terbebas dari kutukan." Sang Gadis yang berdiri di belakang pintu mendengar perkataan mereka, akhirnya maju kedepan dan saat itu pula, ketujuh burung gagak berubah kembali menjadi manusia. Mereka akhirnya berpelukan dan pulang bersama ke rumah mereka dengan bahagia.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Tujuh-Burung-Gagak-41
Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya, menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam, dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Si-Pelit-58
Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari-lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil, dia menunduk ke bawah dan melihat bayangan dirinya terpantul dari air di bawah jembatan itu. Anjing yang serakah ini mengira dirinya melihat seekor anjing lain membawa sebuah tulang yang lebih besar dari miliknya.
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Anjing-dan-Bayangannya-60
Bila saja dia berhenti untuk berpikir, dia akan tahu bahwa itu hanyalah bayangannya. Tetapi anjing itu tidak berpikir apa-apa dan malah menjatuhkan tulang yang dibawanya dan langsung melompat ke dalam sungai. Anjing serakah tersebut akhirnya dengan susah payah berenang menuju ke tepi sungai. Saat dia selamat tiba di tepi sungai, dia hanya bisa berdiri termenung dan sedih karena tulang yang di bawanya malah hilang, dia kemudian menyesali apa yang terjadi dan menyadari betapa bodohnya dirinya.
Diasuh dari : http://www.ceritakecil.com/cerita-dan-dongeng/Anjing-dan-Bayangannya-60
DARUL TAQWA & DATUK DR JOHAR
Digosok-gosok lagi matanya. Dia seakan-akan tidak percaya apa yang dilihatnya. Apakah aku kembali ke zaman unta, ke zaman kolot dan purba? begitulah detik hatinya. Dikesat hidungnya yang berair dengan kertas tisu. Kertas itu kemudiannya dicampakkannya ke tepi jalan.
“Assalamualaikum, pakcik.. tolong kutip kertas itu. Nanti pakcik rugi di Akhirat. Kebersihan itu separuh daripada iman.”
Bunyi satu suara di belakangnya. Ia bingkas berpaling. Siapa berani menegurku? Aku Datuk Dr.Johar, orang besar negara ini.
“Pakcik, biarlah saya tolong kutip,sebelum Penguatkuasa Iman dan Islam datang. Nanti didendanya pakcik,” kata budak kecil berpakaian putih dengan serban yang melilit kepalanya.
Datuk Dr. Johar membetulkan tali lehernya. Ah, kalau dia datang biar aku sogok dengan duit ini . Siapa yang tak kelabu tengok duit merah, biru berlapis-lapis. Namun, Datuk Dr. Johar terus hairan. Bangunan pencakar langit dengan wajah pembangunan yang sofistikated. Ada helikopter bersimpang -siur bergerak di udara. Railbus bercerakah ke sana sini. Bullet train meluncur bagaikan panah dilepaskan dari busurnya. Kesibukan yang layak dipikul oleh manusia-manusia moden.
Namun peliknya, pakaian mereka, tingkah-laku mereka…Ah, di mana aku sekarang ini, gerutu hati Datuk Dr.Johar.
“Hoi budak, Aku dimana sekarang ?” soalnya kepada budak yang menegurnya tadi.
Budak itu tersenyum. Mukanya cerah dan indah. Tenang dan bersuara lunak. Apakah ini Aladin, budak Arab dengan lampu ajaibnya: teka-teki itu terus menerjah kepala dan kotak fikir Datuk Dr. Johar. Budak itu membuka mulut hendak menjawab. Belum sempat,tiba-tiba datang sebuah kereta jenis Ferrari, merah dan bercahaya. Keluar dua orang lelaki dengan pakaian yang hebat dan segak. Serban mereka berwarna hitam berjalur biru.
“Assalamualaikum….Maaf, pakcik. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kesalahan membuang sampah ini sudah belasan tahun tidak berlaku di Darul Taqwa ini. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kebersihan itu lambang iman. Negara ini menitikberatkan iman…. Pakcik didenda, 30 kali subhanallah, 30 kali astaghfirullah dan selawat 100 kali.”
Kata pegawai penguatkuasa itu dengan lembut. Datuk Dr. Johar tersentak. Apa namanya undang-undang ini. Tak ada dewan bandaraya di seluruh pelusuk dunia mengamalkannya. Dia tercengang-cengang. Namun egonya membumbung tinggi. Apa ? Dia nak marahkan aku ?
” Ni duit lima ratus. Saya tak mahu buat apa yang kamu minta. Kita selesaikan di sini saja. Berapa gaji yang kamu dapat sebulan ? ” tanyanya angkuh.
“Pakcik, kita bekerja kerana Allah, bukan kerana gaji. Lagipun duit bukan ada harga lagi di zaman ini. Semuanya dipandang sebagai alat, bukan matlamat,” kata pegawai berjanggut dan berjambang itu dengan tenang.
“Oh, oh …. maafkan kami, pakcik. Kami nak tanya sikit, kenapa pakcik pakai pakaian zaman dulu? Mana pakcik dapat pakaian macam itu ?” Tanya pegawai itu pula.
Aku yang gila, atau dia yang gila? Detak hati Datuk Dr. Johar. Dia berjalan ke arah kereta Ferrari yang berkilat itu. Melalui cerminnya dia nampak perawakannya dengan jelas. Tak ada yang salah. Tali leher, kemeja dan kotnya masih kemas dan segak. Daripada jenama yang mahal pula – Pierre Cardin. Kasutnya hitam berkilat daripada jenis Bally. Ah! Aku masih unggul. Lelaki tampan, lambang status dan kejayaan. Dia yang kolot, dia yang ketinggalan zaman.
“Anak muda, pakaian pakcik ni pakaian pemimpin. Pakcik orang besar di negara ini. Pakcik dah keliling dunia dengan pakaian ni. “
“Pakcik, itu pakaian puluhan tahun yang lampau. Ketika Islam belum berdaulat di Darul Taqwa ni. Moyang-moyang kami dulu saja yang pertahankan pakaian macam itu. Itu pakaian orang kuno di Barat. Sekarang, kami hanya dapat lihat gambar-gambarnya saja. Itupun dalam buku sejarah zaman peralihan Islam. Orang Barat zaman moden ini dah berpakaian macam yang kami pakai. Tak ada orang yang pakai macam tu kecuali orang-orang bukan Islam yang dijamin kebebasannya dalam sebuah negara Islam seperti darul Taqwa.”
Datuk Dr. Johar termanggu-manggu kebingungan. “Di mana aku sebenarnya ni?” Dia bertanya lagi kepada pegawai penguatkuasa dan budak kecil di tepi jalan. Dia masih kenal, Ini Jalan Chow Kit ditengah bandar Kuala lumpur. Masih ada Masjid Pakistan dan Masjid Kampung Baru di sebelah sana. Tetapi itu sahaja, yang lain tak ada.
“Pakcik di bandar Mutmainnah. Ini jalan Mujahadah, namanya. Saya Haji Din,Pegawai Penguatkuasa Iman dan Islam. Diberi amanah untuk memastikan kebersihan lahir batin bandar ini.”
Apa? Bandaraya Kuala Lumpur dah jadi Bandaraya Mutmainnah? Jalan Chow Kit dah jadi jalan Mujahadah? Apa dia mutmainnah? Apa dia mujahadah tu? Apa yang terjadi ni? Soalan-soalan itu terus menyerang benak Datuk Dr. Johar.
“Pakcik, kami rayu pakcik membayar denda tadi. Kalau tak boleh sekarang, lepas sembahyang nanti pakcik laksanakanlah. Demi kebaikan pakcik dunia dan Akhirat…”
Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari jauh.Nyaring dan jelas. Seorang lelaki pertengahan umur berlari kepada seorang pegawai penguatkuasa.
“Tuan, hukumlah saya. Saya mengumpat tadi. Ya Allah ! seksa Neraka amat pedih..Tolonglah, tuan. Hukum saya di dunia sebelum saya di hukum di Akhirat!” rayu lelaki itu.
Pegawai tadi berpaling ke arah lelaki yang baru datang, dan kesempatan itu diambil oleh Datuk Dr. Johar. Ia lari sekuat-kuat hati.Peliknya mereka tidak mengejarnya. Ia terlepas …Lega.Dahaga , lapar mula menggigit tekak dan perutnya. Dia mesti makan.Dia perlu minum. Tapi di mana? Tiba-tiba ia terdengar suara komputer dari sound system di tepi-tepi jalan :
“Assalamualaikum, kepada seluruh penduduk Kota Mutmainnah. Syed Al Abrar, hartawan besar berada di jalan Uwais Al Qarni. Dia merayu fakir miskin supaya sudi menerima sedekahnya. Hari ini ia menjamu nasi dan minuman. Sila datang!”
Datuk Dr. Johar orang besar Darul Ghurur itu tidak akan mencemar duli menagih nasi. Dia ada duit, mampu membelinya sendiri. Dia pun masuk ke sebuah restoran di tepi jalan. Di situ penuh dengan pelanggan. Semuanya berserban dan berjubah.Matanya tak betah lagi melihat semua itu.Tapi kerana lapar ia masuk juga.
“Maaf tuan, itu pintu masuk untuk wanita. Di sini untuk lelaki.”
“Ceh! Diskriminasi, doubel-standard, lelaki dipisahkan daripada perempuan.”Mukanya dicemekkan kepada tuan kedai yang menegurnya. “Ada restoran lain yang mengamalkan persamaan taraf antara lelaki dan perempuan? Saya tak suka pemisahan-pemisahan macam ni!”.
Lelaki itu tersenyum. “Empat puluh tahun yang lalu adalah.Sekarang ni kita sudah bebas dan merdeka. Zaman penjajahan fikiran dan jiwa sudah berlalu. Tak ada diskriminasi wanita di sini, tuan. Amir Muhammad,pemimpin Darul Taqwa telah menaikkan taraf wanita tanpa Women’s Libs.Kalau tuan ada isteri dan membawanya bersama, sila masuk ke sana. Di sana ada tempat khusus untuk makan bersama isteri dan anak perempuan,”terangnya. Mukanya jernih.Serban dan jubahnya serba putih.
“Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sistem pemerintahan kapitalis, sosialis, nasionalis malah komunis sekalipun tak macam ni…”
“Masya-Allah pakcik, jangan disebut lagi nama-nama ideologi tu. Semuanya telah termaktub sebagai ajaran-ajaran sesat dalam perlembagaan Darul Taqwa ini. Tak ada orang lagi yang berpegang dengan fahaman jahiliyyah tu… Subhanallah….” Keluh tuan restoran itu sambil mengurut-ngurut dadanya. Ekor serbannya bergoyang-goyang ketika ia manggeleng -gelengkan kepalanya.
Ah! Persetankan semua itu. Perut aku lapar. Datuk Dr. Johar pun duduk. “Nasi beriani sepinggan !”ujarnya kepada pelayan.
“Dalam pinggan, tuan?” tanya pelayan itu kehairanan.
“Ya ! Apa peliknya?”,
“Baik,tuan.Tapi semua orang berebut-rebut pahala makan berjamaah. Tuan makan seorang ?” tanya pelayan berkulit hitam itu.
Dia tambah geram.direnung ke hadapan, iaitu ketempat orang menikmati makanan.Tidak ada meja makan hanya hamparan permaidani tebal dengan dulang-dulang indah yang tersusun rapi. Mereka makan satu dulang. Yek! Jijiknya. Ah! Aku tetap aku. Aku ada pendirian! Nasi beriani dengan ayam goreng kegemarannya terhidang di atas kain putih khas.
“Jemput makan dengan nama Allah yang memberi rezeki,” kata pelayan itu dengan sopan.
Datuk Dr.Johar makan dengan seleranya. Dewan makan itu berhawa dingin lengkap dengan alat TV dan pita videonya sekali. Dia makan seorang diri bagai kera sumbang.
” Ya Allah, apa musibah yang menimpa ana Subuh tadi. Ana masbuk dalam sembahyang jemaah Subuh, ” ujar seorang lelaki muda dengan wajah yang kecewa. Suapnya perlahan. Macam tak lalu makan saja
“Anta tak cuba tampung dengan amal makrufat yang lain ?”tanya sahabatnya di sebelah.Dia nampak simpati.
Datuk Dr. Johar pasang telinga saja. “Ana nak sedekahkan lima ribu ringgit …malang nasib ana. Ana tunggu lima jam di tepi jalan tadi, seorang pun tak mahu terima sedekah ana ” Keluhnya.”Susah kita sekarang. Orang miskin yang bolot pahala redha, pahala sabar. Mereka patutnya bantulah kita.Tolonglah terima sedekah kita.Ah, susahnya jadi orang kaya macam kita ini. Dahlah nanti di Akhirat banyak hisabnya, Di dunia orang tak sudi pula terima sedekah kita.�
�Oh…!� keluh seorang yang sama-sama makan dengan lelaki muda tadi.”Kalaulah kita hidup zaman moyang kita dulu, kan dapat kita korbankan harta yang banyak ini. Saya pun dapat harta ni melalui warisan daripada bapa, yang diwarisi oleh datuk saya daripada moyangnya. Kita tunggulah bila kerajaan nak bangunkan projek negara atau nak gunakan duit untuk kemaskinikan kementerian-kementeriannya…. saya nak labur habis-habisan. Biar jadi saham Akhirat,” kata pemuda itu menutup perbualan. Mereka pun makan dengan perlahan -lahan.
Datuk Dr.Johar makin pelik. “Tambah nasi sepinggan lagi!” ujarnya kepada pelayan restoran.
“Demi kesihatan tuan, saya nasihatkan … berhentilah sebelum kenyang.Maaf tuan saya terpaksa mengatakan demikian. Saya pelayan kedai merangkap pegawai perubatan ….,” kata pelayan itu lagi.
“Apa? Awak pegawai perubatan? Seorang doktor ke? Kelulusan luar negeri atau dalam negeri? Awak sepatutnya bertugas di hospital, bukan di restoran!” bentaknya. Marah campur geram.
“Tuan, mana ada hospital sekarang.Yang ada khusus untuk bayi, kanak-kanak dan wanita, juga para mubaligh dan mujahid yang cedera ketika berjuang. Tuan, kalau tuan amalkan makan hanya bila lapar dan berhenti sebelum kenyang, tuan akan sihat, insya-Allah. Kita tak perlu hospital!�
“Bodoh, kalau macam tu, macam mana nak rawat pesakit kencing manis macam aku ini ?” leternya perlahan-lahan.
“Penyakit kencing manis? Tuan menghidapnya? Saya ada baca buku perubatan edisi tahun 1990 dulu. Sekarang penyakit tu dah tak ada siapa menghidapnya…..”
“Batalkan saja oder saya tadi, banyak sangat cakap, boring. Saya perlu hiburan sekarang …Di mana boleh saya dapati ?” tanyanya.
“Di sana, tuan. Melalui butang pada sistem komputer di sebelah sana, tuan boleh dapat apa saja hiburan yang menyegarkan. Tak payah risau pasal bil. Percuma.�
Datuk Dr. Johar, orang besar negara, melangkah hebat ke tempat yang ditunjukkan. Berbagai -bagai butang dengan bermacam warna berkelip-kelip. Sangat rumit tapi kekeliruan itu dapat disembunyikannya. Dia malu kalau-kalau dengan pakaian jenama Pierre Cardinnya ia masih kelihatan kolot.. Entah di mana falsafah moden Datuk Dr. Johar. Pada pakaiannyakah atau otaknya? Diberanikan hatinya; satu butang warna hitam ditekan . Dalam skrin timbul tajuk besar- KHAUF. Apa bendanya ni? Kemudian menyusul nama-nama lagu: MATI ITU TERLALU SAKIT, ALAM BARZAKH YANG PASTI, MIZAN NOKTAH PENYESALAN , IZRAEL DATANG TIBA-TIBA Oh…Oh … seram sejuk tubuhnya. Apa nama lagu macam ini? Biarlah menaruh harapan sikit.
Hatiku macam kristal, boleh pecah dengan lagu-lagu macam tu. aku belum nak mati lagi, protes hati Datuk Dr.Johar.
Dia beralih ke butang hijau tanpa lengah terus menekannya. Tertera di atas skrin komputer: RAJA’. kemudian tersembul tajuk-tajuk lagu. Dibacanya dengan teliti… FIRDAUSI MELAMBAIMU, DEMI CINTA DAN RAHMAT-NYA, KEINDAHAN JANNAH YANG ABADI�.. Kepala datuk Dr. Johar makin pusing. Semuanya tentang Akhirat. Apa nak jadi ni? “Tak ada lagu yang hot sikit ke?” tanyanya kepada seorang anak muda berjubah coklat di sebelahnya.
“Nanti ya pakcik . Saya pilihkan lagu yang paling hot sekarang ni.Top-hit anak-anak muda sekarang…”
“Ya, ya saya setuju,” balas Datuk Dr. Johar. Telinganya dihalakan kepada sistem suara di dinding restoran itu. Dia ingin dengar lagu-lagu kegemaran muda-mudi daerah asing itu.
Ayat suci Al-Quran a… “Eh …ni suara orang mengaji,”
“Nanti dulu pakcik,selepas ni ada terjemahannya kemudian baru menyusul lagunya,” kata pemuda berjubah cokat itu sambil matanya di tutup rapat-rapat. Asyik sekali dia.
Kemudian getaran suara bergema
…. Cintaku berlabuh di persada rahmat-Mu
mendamba kasih yang tidak berhujung
mengutip sayang di hamparan cinta suci.
Inilah getaran hatiku memburu cinta…….
stanza hati merindu Ilahi!”
Datuk Dr. Johar tak tahan lagi. Ia merengus dan pergi ke kaunter bayaran.
“Maaf tuan, duit ini duit lama. Kalau tuan tak mampu bayar kami halalkan sajalah …”
Datuk Dr. Johar makin geram. Dia menderam dan berkata ” Saya bayar dengan kad kredit saja!” Dia hulurkan kad kredit warna keemasannya.
“Maaf sekali lagi, tuan. Kad kredit ini bukan yang boleh kami terima, kami halalkan sajalah.”
“Tak, pantang saya minta sedekah. Saya ada harta simpanan berbungkal-nungkal emas di bank. Takkan saya nak bawa, nanti disambar pencuri.”
” Darul Taqwa tak ada pencuri, tuan. Pencuri terakhir telah dipotong tangannya 30 tahun yang lalu ketika minta dihukum di hadapan hakim kerana takutkan seksa Neraka.”
“Ah, aku tak nak dengar semuanya.makin gila aku dibuatnya,” pekik Datuk Dr. Johar lantas meluru keluar dari restoran itu. Di luar,semua pandangan menyakitkan hati. Mengapa orang kolot ini mentadbir teknologi begini tinggi.
Pemandu bullet train berserban merah tersenyumkepadanya. Pilot helikopter dengan tulisan ‘MAKRUFAT AIR TRANSPORT’ sibuk dengan urusannya. Di seberang jalan tertegakpapan iklan dengan tulisan yang jelas :” KELUARGA BAHAGIA GEMBIRA DENGAN SUNNAH “. Di papan itu terpampang gambar seorang lelaki dan perempuan berserta anak-anak meraka. Semuanya berserban, berjubah dan berpurdah.
Isy,meluatnya! Di jalan-jalan raya suasana meriah dengan salam dan senyum. Baginya,semua itu seolah-olah menyindir dan mengejek. Kenapa jadi begini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Datuk Dr. Johar tiba-tiba menjerit. Tekanan dalam jiwanya yang kian tersumbat itu tiba-tiba meletus.
“Datuk..!Datuk..! Bangun, Datuk. Ada berita buruk !”
Datuk Dr.Johar bangun. Ia tertidur sewaktu menunggu keputusan pilihanraya hari itu.
“Kenapa? Parti kita kalah? Aku kalah? “tanya Datuk Dr. Johar.
“Tidak, Tuk. Rakyat bangun memprotes. Mereka tak mahu demokrasi.Mereka tak mahu pilihanraya…”
“Habis, mereka mahu apa?”
“Mereka mahu Islam, Datuk!”
“Islam ? ” keluh Datuk Dr. Johar. Digosok-gosok lagi matanya.
“ISLAM KAN TETAP DIJULANG WALAUPUN IA DITENTANG..ITULAH JANJI ILAHI”
“Pasakkan Sabat Teguhkan Istiqamah”
Diasuh dari : http://muharikah.wordpress.com/2006/05/25/cerpen-menarik/
“Assalamualaikum, pakcik.. tolong kutip kertas itu. Nanti pakcik rugi di Akhirat. Kebersihan itu separuh daripada iman.”
Bunyi satu suara di belakangnya. Ia bingkas berpaling. Siapa berani menegurku? Aku Datuk Dr.Johar, orang besar negara ini.
“Pakcik, biarlah saya tolong kutip,sebelum Penguatkuasa Iman dan Islam datang. Nanti didendanya pakcik,” kata budak kecil berpakaian putih dengan serban yang melilit kepalanya.
Datuk Dr. Johar membetulkan tali lehernya. Ah, kalau dia datang biar aku sogok dengan duit ini . Siapa yang tak kelabu tengok duit merah, biru berlapis-lapis. Namun, Datuk Dr. Johar terus hairan. Bangunan pencakar langit dengan wajah pembangunan yang sofistikated. Ada helikopter bersimpang -siur bergerak di udara. Railbus bercerakah ke sana sini. Bullet train meluncur bagaikan panah dilepaskan dari busurnya. Kesibukan yang layak dipikul oleh manusia-manusia moden.
Namun peliknya, pakaian mereka, tingkah-laku mereka…Ah, di mana aku sekarang ini, gerutu hati Datuk Dr.Johar.
“Hoi budak, Aku dimana sekarang ?” soalnya kepada budak yang menegurnya tadi.
Budak itu tersenyum. Mukanya cerah dan indah. Tenang dan bersuara lunak. Apakah ini Aladin, budak Arab dengan lampu ajaibnya: teka-teki itu terus menerjah kepala dan kotak fikir Datuk Dr. Johar. Budak itu membuka mulut hendak menjawab. Belum sempat,tiba-tiba datang sebuah kereta jenis Ferrari, merah dan bercahaya. Keluar dua orang lelaki dengan pakaian yang hebat dan segak. Serban mereka berwarna hitam berjalur biru.
“Assalamualaikum….Maaf, pakcik. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kesalahan membuang sampah ini sudah belasan tahun tidak berlaku di Darul Taqwa ini. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kebersihan itu lambang iman. Negara ini menitikberatkan iman…. Pakcik didenda, 30 kali subhanallah, 30 kali astaghfirullah dan selawat 100 kali.”
Kata pegawai penguatkuasa itu dengan lembut. Datuk Dr. Johar tersentak. Apa namanya undang-undang ini. Tak ada dewan bandaraya di seluruh pelusuk dunia mengamalkannya. Dia tercengang-cengang. Namun egonya membumbung tinggi. Apa ? Dia nak marahkan aku ?
” Ni duit lima ratus. Saya tak mahu buat apa yang kamu minta. Kita selesaikan di sini saja. Berapa gaji yang kamu dapat sebulan ? ” tanyanya angkuh.
“Pakcik, kita bekerja kerana Allah, bukan kerana gaji. Lagipun duit bukan ada harga lagi di zaman ini. Semuanya dipandang sebagai alat, bukan matlamat,” kata pegawai berjanggut dan berjambang itu dengan tenang.
“Oh, oh …. maafkan kami, pakcik. Kami nak tanya sikit, kenapa pakcik pakai pakaian zaman dulu? Mana pakcik dapat pakaian macam itu ?” Tanya pegawai itu pula.
Aku yang gila, atau dia yang gila? Detak hati Datuk Dr. Johar. Dia berjalan ke arah kereta Ferrari yang berkilat itu. Melalui cerminnya dia nampak perawakannya dengan jelas. Tak ada yang salah. Tali leher, kemeja dan kotnya masih kemas dan segak. Daripada jenama yang mahal pula – Pierre Cardin. Kasutnya hitam berkilat daripada jenis Bally. Ah! Aku masih unggul. Lelaki tampan, lambang status dan kejayaan. Dia yang kolot, dia yang ketinggalan zaman.
“Anak muda, pakaian pakcik ni pakaian pemimpin. Pakcik orang besar di negara ini. Pakcik dah keliling dunia dengan pakaian ni. “
“Pakcik, itu pakaian puluhan tahun yang lampau. Ketika Islam belum berdaulat di Darul Taqwa ni. Moyang-moyang kami dulu saja yang pertahankan pakaian macam itu. Itu pakaian orang kuno di Barat. Sekarang, kami hanya dapat lihat gambar-gambarnya saja. Itupun dalam buku sejarah zaman peralihan Islam. Orang Barat zaman moden ini dah berpakaian macam yang kami pakai. Tak ada orang yang pakai macam tu kecuali orang-orang bukan Islam yang dijamin kebebasannya dalam sebuah negara Islam seperti darul Taqwa.”
Datuk Dr. Johar termanggu-manggu kebingungan. “Di mana aku sebenarnya ni?” Dia bertanya lagi kepada pegawai penguatkuasa dan budak kecil di tepi jalan. Dia masih kenal, Ini Jalan Chow Kit ditengah bandar Kuala lumpur. Masih ada Masjid Pakistan dan Masjid Kampung Baru di sebelah sana. Tetapi itu sahaja, yang lain tak ada.
“Pakcik di bandar Mutmainnah. Ini jalan Mujahadah, namanya. Saya Haji Din,Pegawai Penguatkuasa Iman dan Islam. Diberi amanah untuk memastikan kebersihan lahir batin bandar ini.”
Apa? Bandaraya Kuala Lumpur dah jadi Bandaraya Mutmainnah? Jalan Chow Kit dah jadi jalan Mujahadah? Apa dia mutmainnah? Apa dia mujahadah tu? Apa yang terjadi ni? Soalan-soalan itu terus menyerang benak Datuk Dr. Johar.
“Pakcik, kami rayu pakcik membayar denda tadi. Kalau tak boleh sekarang, lepas sembahyang nanti pakcik laksanakanlah. Demi kebaikan pakcik dunia dan Akhirat…”
Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari jauh.Nyaring dan jelas. Seorang lelaki pertengahan umur berlari kepada seorang pegawai penguatkuasa.
“Tuan, hukumlah saya. Saya mengumpat tadi. Ya Allah ! seksa Neraka amat pedih..Tolonglah, tuan. Hukum saya di dunia sebelum saya di hukum di Akhirat!” rayu lelaki itu.
Pegawai tadi berpaling ke arah lelaki yang baru datang, dan kesempatan itu diambil oleh Datuk Dr. Johar. Ia lari sekuat-kuat hati.Peliknya mereka tidak mengejarnya. Ia terlepas …Lega.Dahaga , lapar mula menggigit tekak dan perutnya. Dia mesti makan.Dia perlu minum. Tapi di mana? Tiba-tiba ia terdengar suara komputer dari sound system di tepi-tepi jalan :
“Assalamualaikum, kepada seluruh penduduk Kota Mutmainnah. Syed Al Abrar, hartawan besar berada di jalan Uwais Al Qarni. Dia merayu fakir miskin supaya sudi menerima sedekahnya. Hari ini ia menjamu nasi dan minuman. Sila datang!”
Datuk Dr. Johar orang besar Darul Ghurur itu tidak akan mencemar duli menagih nasi. Dia ada duit, mampu membelinya sendiri. Dia pun masuk ke sebuah restoran di tepi jalan. Di situ penuh dengan pelanggan. Semuanya berserban dan berjubah.Matanya tak betah lagi melihat semua itu.Tapi kerana lapar ia masuk juga.
“Maaf tuan, itu pintu masuk untuk wanita. Di sini untuk lelaki.”
“Ceh! Diskriminasi, doubel-standard, lelaki dipisahkan daripada perempuan.”Mukanya dicemekkan kepada tuan kedai yang menegurnya. “Ada restoran lain yang mengamalkan persamaan taraf antara lelaki dan perempuan? Saya tak suka pemisahan-pemisahan macam ni!”.
Lelaki itu tersenyum. “Empat puluh tahun yang lalu adalah.Sekarang ni kita sudah bebas dan merdeka. Zaman penjajahan fikiran dan jiwa sudah berlalu. Tak ada diskriminasi wanita di sini, tuan. Amir Muhammad,pemimpin Darul Taqwa telah menaikkan taraf wanita tanpa Women’s Libs.Kalau tuan ada isteri dan membawanya bersama, sila masuk ke sana. Di sana ada tempat khusus untuk makan bersama isteri dan anak perempuan,”terangnya. Mukanya jernih.Serban dan jubahnya serba putih.
“Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sistem pemerintahan kapitalis, sosialis, nasionalis malah komunis sekalipun tak macam ni…”
“Masya-Allah pakcik, jangan disebut lagi nama-nama ideologi tu. Semuanya telah termaktub sebagai ajaran-ajaran sesat dalam perlembagaan Darul Taqwa ini. Tak ada orang lagi yang berpegang dengan fahaman jahiliyyah tu… Subhanallah….” Keluh tuan restoran itu sambil mengurut-ngurut dadanya. Ekor serbannya bergoyang-goyang ketika ia manggeleng -gelengkan kepalanya.
Ah! Persetankan semua itu. Perut aku lapar. Datuk Dr. Johar pun duduk. “Nasi beriani sepinggan !”ujarnya kepada pelayan.
“Dalam pinggan, tuan?” tanya pelayan itu kehairanan.
“Ya ! Apa peliknya?”,
“Baik,tuan.Tapi semua orang berebut-rebut pahala makan berjamaah. Tuan makan seorang ?” tanya pelayan berkulit hitam itu.
Dia tambah geram.direnung ke hadapan, iaitu ketempat orang menikmati makanan.Tidak ada meja makan hanya hamparan permaidani tebal dengan dulang-dulang indah yang tersusun rapi. Mereka makan satu dulang. Yek! Jijiknya. Ah! Aku tetap aku. Aku ada pendirian! Nasi beriani dengan ayam goreng kegemarannya terhidang di atas kain putih khas.
“Jemput makan dengan nama Allah yang memberi rezeki,” kata pelayan itu dengan sopan.
Datuk Dr.Johar makan dengan seleranya. Dewan makan itu berhawa dingin lengkap dengan alat TV dan pita videonya sekali. Dia makan seorang diri bagai kera sumbang.
” Ya Allah, apa musibah yang menimpa ana Subuh tadi. Ana masbuk dalam sembahyang jemaah Subuh, ” ujar seorang lelaki muda dengan wajah yang kecewa. Suapnya perlahan. Macam tak lalu makan saja
“Anta tak cuba tampung dengan amal makrufat yang lain ?”tanya sahabatnya di sebelah.Dia nampak simpati.
Datuk Dr. Johar pasang telinga saja. “Ana nak sedekahkan lima ribu ringgit …malang nasib ana. Ana tunggu lima jam di tepi jalan tadi, seorang pun tak mahu terima sedekah ana ” Keluhnya.”Susah kita sekarang. Orang miskin yang bolot pahala redha, pahala sabar. Mereka patutnya bantulah kita.Tolonglah terima sedekah kita.Ah, susahnya jadi orang kaya macam kita ini. Dahlah nanti di Akhirat banyak hisabnya, Di dunia orang tak sudi pula terima sedekah kita.�
�Oh…!� keluh seorang yang sama-sama makan dengan lelaki muda tadi.”Kalaulah kita hidup zaman moyang kita dulu, kan dapat kita korbankan harta yang banyak ini. Saya pun dapat harta ni melalui warisan daripada bapa, yang diwarisi oleh datuk saya daripada moyangnya. Kita tunggulah bila kerajaan nak bangunkan projek negara atau nak gunakan duit untuk kemaskinikan kementerian-kementeriannya…. saya nak labur habis-habisan. Biar jadi saham Akhirat,” kata pemuda itu menutup perbualan. Mereka pun makan dengan perlahan -lahan.
Datuk Dr.Johar makin pelik. “Tambah nasi sepinggan lagi!” ujarnya kepada pelayan restoran.
“Demi kesihatan tuan, saya nasihatkan … berhentilah sebelum kenyang.Maaf tuan saya terpaksa mengatakan demikian. Saya pelayan kedai merangkap pegawai perubatan ….,” kata pelayan itu lagi.
“Apa? Awak pegawai perubatan? Seorang doktor ke? Kelulusan luar negeri atau dalam negeri? Awak sepatutnya bertugas di hospital, bukan di restoran!” bentaknya. Marah campur geram.
“Tuan, mana ada hospital sekarang.Yang ada khusus untuk bayi, kanak-kanak dan wanita, juga para mubaligh dan mujahid yang cedera ketika berjuang. Tuan, kalau tuan amalkan makan hanya bila lapar dan berhenti sebelum kenyang, tuan akan sihat, insya-Allah. Kita tak perlu hospital!�
“Bodoh, kalau macam tu, macam mana nak rawat pesakit kencing manis macam aku ini ?” leternya perlahan-lahan.
“Penyakit kencing manis? Tuan menghidapnya? Saya ada baca buku perubatan edisi tahun 1990 dulu. Sekarang penyakit tu dah tak ada siapa menghidapnya…..”
“Batalkan saja oder saya tadi, banyak sangat cakap, boring. Saya perlu hiburan sekarang …Di mana boleh saya dapati ?” tanyanya.
“Di sana, tuan. Melalui butang pada sistem komputer di sebelah sana, tuan boleh dapat apa saja hiburan yang menyegarkan. Tak payah risau pasal bil. Percuma.�
Datuk Dr. Johar, orang besar negara, melangkah hebat ke tempat yang ditunjukkan. Berbagai -bagai butang dengan bermacam warna berkelip-kelip. Sangat rumit tapi kekeliruan itu dapat disembunyikannya. Dia malu kalau-kalau dengan pakaian jenama Pierre Cardinnya ia masih kelihatan kolot.. Entah di mana falsafah moden Datuk Dr. Johar. Pada pakaiannyakah atau otaknya? Diberanikan hatinya; satu butang warna hitam ditekan . Dalam skrin timbul tajuk besar- KHAUF. Apa bendanya ni? Kemudian menyusul nama-nama lagu: MATI ITU TERLALU SAKIT, ALAM BARZAKH YANG PASTI, MIZAN NOKTAH PENYESALAN , IZRAEL DATANG TIBA-TIBA Oh…Oh … seram sejuk tubuhnya. Apa nama lagu macam ini? Biarlah menaruh harapan sikit.
Hatiku macam kristal, boleh pecah dengan lagu-lagu macam tu. aku belum nak mati lagi, protes hati Datuk Dr.Johar.
Dia beralih ke butang hijau tanpa lengah terus menekannya. Tertera di atas skrin komputer: RAJA’. kemudian tersembul tajuk-tajuk lagu. Dibacanya dengan teliti… FIRDAUSI MELAMBAIMU, DEMI CINTA DAN RAHMAT-NYA, KEINDAHAN JANNAH YANG ABADI�.. Kepala datuk Dr. Johar makin pusing. Semuanya tentang Akhirat. Apa nak jadi ni? “Tak ada lagu yang hot sikit ke?” tanyanya kepada seorang anak muda berjubah coklat di sebelahnya.
“Nanti ya pakcik . Saya pilihkan lagu yang paling hot sekarang ni.Top-hit anak-anak muda sekarang…”
“Ya, ya saya setuju,” balas Datuk Dr. Johar. Telinganya dihalakan kepada sistem suara di dinding restoran itu. Dia ingin dengar lagu-lagu kegemaran muda-mudi daerah asing itu.
Ayat suci Al-Quran a… “Eh …ni suara orang mengaji,”
“Nanti dulu pakcik,selepas ni ada terjemahannya kemudian baru menyusul lagunya,” kata pemuda berjubah cokat itu sambil matanya di tutup rapat-rapat. Asyik sekali dia.
Kemudian getaran suara bergema
…. Cintaku berlabuh di persada rahmat-Mu
mendamba kasih yang tidak berhujung
mengutip sayang di hamparan cinta suci.
Inilah getaran hatiku memburu cinta…….
stanza hati merindu Ilahi!”
Datuk Dr. Johar tak tahan lagi. Ia merengus dan pergi ke kaunter bayaran.
“Maaf tuan, duit ini duit lama. Kalau tuan tak mampu bayar kami halalkan sajalah …”
Datuk Dr. Johar makin geram. Dia menderam dan berkata ” Saya bayar dengan kad kredit saja!” Dia hulurkan kad kredit warna keemasannya.
“Maaf sekali lagi, tuan. Kad kredit ini bukan yang boleh kami terima, kami halalkan sajalah.”
“Tak, pantang saya minta sedekah. Saya ada harta simpanan berbungkal-nungkal emas di bank. Takkan saya nak bawa, nanti disambar pencuri.”
” Darul Taqwa tak ada pencuri, tuan. Pencuri terakhir telah dipotong tangannya 30 tahun yang lalu ketika minta dihukum di hadapan hakim kerana takutkan seksa Neraka.”
“Ah, aku tak nak dengar semuanya.makin gila aku dibuatnya,” pekik Datuk Dr. Johar lantas meluru keluar dari restoran itu. Di luar,semua pandangan menyakitkan hati. Mengapa orang kolot ini mentadbir teknologi begini tinggi.
Pemandu bullet train berserban merah tersenyumkepadanya. Pilot helikopter dengan tulisan ‘MAKRUFAT AIR TRANSPORT’ sibuk dengan urusannya. Di seberang jalan tertegakpapan iklan dengan tulisan yang jelas :” KELUARGA BAHAGIA GEMBIRA DENGAN SUNNAH “. Di papan itu terpampang gambar seorang lelaki dan perempuan berserta anak-anak meraka. Semuanya berserban, berjubah dan berpurdah.
Isy,meluatnya! Di jalan-jalan raya suasana meriah dengan salam dan senyum. Baginya,semua itu seolah-olah menyindir dan mengejek. Kenapa jadi begini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Datuk Dr. Johar tiba-tiba menjerit. Tekanan dalam jiwanya yang kian tersumbat itu tiba-tiba meletus.
“Datuk..!Datuk..! Bangun, Datuk. Ada berita buruk !”
Datuk Dr.Johar bangun. Ia tertidur sewaktu menunggu keputusan pilihanraya hari itu.
“Kenapa? Parti kita kalah? Aku kalah? “tanya Datuk Dr. Johar.
“Tidak, Tuk. Rakyat bangun memprotes. Mereka tak mahu demokrasi.Mereka tak mahu pilihanraya…”
“Habis, mereka mahu apa?”
“Mereka mahu Islam, Datuk!”
“Islam ? ” keluh Datuk Dr. Johar. Digosok-gosok lagi matanya.
“ISLAM KAN TETAP DIJULANG WALAUPUN IA DITENTANG..ITULAH JANJI ILAHI”
“Pasakkan Sabat Teguhkan Istiqamah”
Diasuh dari : http://muharikah.wordpress.com/2006/05/25/cerpen-menarik/
Langganan:
Postingan (Atom)